BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 20 November 2009

jadikan akuntansi sebuah seni

the art of accounting

Ada banyak halyang tidak aku mengerti di dunia ini, salah satunya… akuntansi
Bila akuntansi adalah menghitung radian, tentulah aku suka
namun, akuntansi adalah menghitung rugi laba, jadi apa mau dikata?

Kadang, hati nurani tak mau diajak kompromi
Kau tahu bukan, akuntansi adalah pedang dantameng kaum kapitalis.
Bunga atau yang disebut interest tersebar disetiap
halaman buku akuntansi, termaktub dalam setiap soal ujian, dalam situs-situs
akuntansi di dunia maya dan bergentayangan di kehidupan nyata.

Tak hanya bunga,
akuntansi juga adalah masalah untung rugi yang ekstrim
Bila kau mau untung, kurangi saja gaji pegawaimu
Tak usah pikirkan kesejahteraan mereka, karena itu akan menambah ekspense yang
mengurangi profit kamu. Tak usah memikirkan tekhnologi tinggi yang mahal untuk
mengolah limbah, cobalah pikir dengan akal sehat, tidakkah itu mengurangi laba
yang harusnya masuk ke rekening kamu?

Bila COGS (Cost
Of Goods Sales) dari produksi kayu besi adalah murah, bodoh bila kamu tidak
melirik Borneo
Di sana, kayu besi melimpah
Kamu tinggal tebang pohon2 itu,
namun ingat prinsip kita, menanam kembali pohon ganti sama halnya membuang-buang biaya
Kau tak ingin bukan, mengurangi keuntungan yang mengalir ke pundi-pundimu tiap detik.
Tiap detik?
Ya, dari hilangnya hutan di negeri ini seluas empat lapangan
bola per detik!

Ah, tapi akuntansi adalah alat bukan? Akuntansi adalah kuas, palet, kanvas, pahat, garpu
tala, tuts piano. Tergantung untuk apa kita gunakan dan keindahan hasilnya.
Seperti reaktor nuklir, untuk membuat bom atom atau untuk menerangi stadion sepak bola. Atau seperti besi, sebagai M-16 Maverick yang memuntahkan peluru atau sebagai peniti yang disematkan di
kerudung:

Kecuali suatu hari tombak

dijadikan alat pembunuh

dan bersarang di jantung kiri

tombak mengeluh

aku tak ingin seperti ini

….

Ketika besi-besi yang menjadi senjata

berubah fungsi

diam-diam peniti mensyukuri

”Aku menjadi penyemat baju seorang sufi

Setiap pagi aku dibawa rukuk sujud dan
mensyukuri

Nikmat Tuhan yang diberi

Aku tak ingin patah

Biar berkarat aku kini”

(Al Hadid, Fatin Hamama)

0 komentar: